Januari 2025 Jadi Bulan Januari Terpanas dalam Sejarah, Efek Pemanasan Global Lampaui Pendinginan La Niña
13 May 2025 Nofita Ikayanti 265 Views
Arktik, 6 Februari 2025 - Berdasarkan data satelit dari program Copernicus Uni Eropa, Januari 2025 tercatat sebagai bulan Januari terpanas yang pernah ada, melampaui rekor sebelumnya pada Januari 2024. Temuan ini mengejutkan karena seharusnya fenomena La Niña yang sedang berlangsung di Samudra Pasifik menurunkan suhu global.
Rata-rata suhu permukaan udara global pada bulan tersebut mencapai 1,75°C di atas tingkat pra-industri. Peningkatan paling ekstrem, hingga 6°C, tercatat di wilayah Kanada utara, Rusia, dan negara-negara Skandinavia.
Menurut Jennifer Francis, pakar Arktik dari Woodwell Climate Research Center di AS, gelombang panas laut yang semakin luas dan intens membuat efek pendinginan La Niña menjadi tidak berarti. Ia menambahkan bahwa kawasan Arktik kini memanas sekitar empat kali lebih cepat dari rata-rata global dan sedang berada dalam kondisi “demam berbahaya.”
Selama tahun 2024, El Niño yang sangat kuat telah mendorong kenaikan suhu global sehingga setiap bulan dari Januari hingga Juni menjadi yang terpanas dalam catatan sejarah. Para peneliti Copernicus juga mencatat bahwa dalam 19 bulan terakhir, 18 di antaranya mencatat suhu rata-rata global melebihi 1,5°C di atas level pra-industri — ambang batas penting yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Samantha Burgess, pemimpin strategi iklim di European Centre for Medium-Range Weather Forecasts, menyatakan bahwa Januari 2025 adalah bagian dari tren suhu ekstrem yang terus terjadi dalam dua tahun terakhir.
Namun, para ilmuwan mengingatkan bahwa meski data suhu beberapa tahun terakhir menunjukkan tren mengkhawatirkan, belum cukup untuk menyimpulkan bahwa target iklim Paris telah dilampaui secara permanen — kesimpulan itu membutuhkan data dalam jangka waktu puluhan tahun.
Sejak awal 1900-an, pembakaran bahan bakar fosil telah memanaskan planet ini secara konsisten. Namun, dalam dekade terakhir, laju pemanasan meningkat drastis. Laporan Arktik 2024 dari NOAA menyebut sembilan tahun terakhir sebagai periode terpanas yang pernah tercatat di wilayah Arktik.
Francis menegaskan bahwa pemanasan ekstrem lautan berasal dari panas berlebih yang terperangkap oleh gas rumah kaca — terutama karbon dioksida dan metana — yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Untuk membalikkan tren rekor suhu tinggi ini, dunia harus segera mengurangi penggunaan minyak, batu bara, dan gas alam penghasil metana, serta menghentikan deforestasi.
Souce: https://news.mongabay.com/short-article/2025/02/january-2025-was-warmest-on-record/ (oleh Shanna Hanbury)
Mari Tonton Video Lengkapnya
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa perubahan iklim berdampak serius pada populasi burung di Hutan Amazon yang masih utuh. Dari 29 spesies burung pemakan serangga yang diteliti, 24 mengalami penurunan populasi akibat berkurangnya curah hujan dan jumlah serangga. Para peneliti memperkirakan kenaikan suhu 1°C selama musim kemarau dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup burung hingga 63%. Temuan ini memperkuat bukti bahwa pemanasan global telah memengaruhi ekosistem Amazon secara signifikan, bahkan di area yang sebelumnya dianggap sebagai zona aman bagi keanekaragaman hayati.
-
19 May 2025
- 222 Views
Pencairan es Bumi (kriosfer) akibat perubahan iklim menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan planet, termasuk krisis air, pangan, dan meningkatnya risiko bencana serta penyakit. Para ilmuwan mendesak pengurangan emisi segera untuk mencegah kerusakan permanen, seperti kenaikan permukaan laut dan gangguan arus laut global.
-
19 May 2025
- 278 Views