Arus Laut Terbesar di Dunia Bergeser, Berpotensi Picu Kenaikan Laut 9 Meter
19 Oct 2025 Nofita Ikayanti 51 Views
Di Samudra Selatan yang mengelilingi benua Antarktika, terdapat arus laut raksasa yang terus bergerak tanpa henti, dikenal sebagai Arus Sirkumpolar Antarktika (Antarctic Circumpolar Current/ACC). Arus ini menghubungkan tiga samudra besar—Atlantik, Hindia, dan Pasifik—membentuk cincin air dingin yang mengitari Antarktika. Perannya sangat penting dalam sistem iklim global, karena mengatur distribusi panas dari daerah tropis ke kutub dan menjaga keseimbangan suhu Bumi. Tanpa arus ini, sirkulasi panas global akan terganggu dan dapat memicu cuaca ekstrem di berbagai wilayah dunia.
Selama bertahun-tahun, ilmuwan menganggap ACC sebagai sistem yang stabil dan konstan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa arus ini pernah mengalami perubahan besar di masa lalu. Tim ilmuwan internasional dari International Ocean Discovery Program (IODP) melakukan pengeboran sedimen laut dalam di Laut Scotia, antara ujung selatan Amerika Selatan dan Semenanjung Antarktika. Lapisan sedimen di dasar laut berfungsi seperti arsip bumi, menyimpan jejak perubahan suhu, kekuatan arus, dan kondisi iklim selama ribuan tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 130.000 tahun lalu, pada masa yang disebut Periode Antarglasial Terakhir, Arus Sirkumpolar Antarktika pernah menguat hingga tiga kali lipat dan bergeser sekitar 600 kilometer ke arah selatan. Pergeseran tersebut membuat air laut hangat mencapai lapisan es Antarktika, mempercepat pencairan dari bawah dan menyebabkan kenaikan permukaan laut global hingga enam sampai sembilan meter. Jika peristiwa serupa terjadi pada masa kini, dampaknya akan sangat besar, termasuk bagi Indonesia yang memiliki banyak kota pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan tenggelam.
Perubahan besar di masa lalu itu terjadi karena faktor alami yang disebut Siklus Milankovitch, yaitu variasi orbit dan kemiringan sumbu Bumi yang memengaruhi seberapa banyak energi matahari diterima di permukaan planet. Namun kondisi saat ini berbeda. Aktivitas manusia—terutama pembakaran bahan bakar fosil—mempercepat pemanasan global dan memperkuat sistem angin di Samudra Selatan, mendorong arus laut kembali ke arah selatan. Akibatnya, air laut yang lebih hangat kembali mengalir ke dasar lapisan es, mempercepat pencairan dan meningkatkan risiko kenaikan permukaan laut lebih cepat dari perkiraan.
Temuan ini menjadi peringatan bahwa perubahan di wilayah terpencil seperti Samudra Selatan dapat berdampak luas bagi iklim dunia. Arus Sirkumpolar Antarktika adalah bagian penting dari sistem sirkulasi panas global. Setiap perubahan kecil dalam arus ini dapat memengaruhi curah hujan, suhu, dan kestabilan laut di seluruh planet. Apa yang terjadi di Antarktika tidak berhenti di sana, karena dampaknya akan terasa hingga ke wilayah tropis seperti Indonesia.
Mari Tonton Video Lengkapnya
Perubahan iklim memperburuk ancaman infeksi yang kebal antibiotik, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah. Studi terbaru di Nature Medicine menunjukkan bahwa kenaikan suhu global, polusi, dan rendahnya akses kesehatan berkontribusi terhadap lonjakan resistensi antimikroba (AMR). Jika dibiarkan, kematian akibat infeksi resisten obat bisa terus meningkat per tahunnya. Para ahli menegaskan pentingnya pendekatan sistemik yang mencakup imunisasi dan akses layanan kesehatan, bukan hanya pembatasan penggunaan antibiotik.
-
13 May 2025
- 201 Views
Indonesia memetakan potensi karbon biru dari mangrove dan padang lamun untuk dimasukkan ke dalam RTRW Nasional sebagai langkah strategis mitigasi iklim dan penguatan ekonomi hijau.
-
19 Oct 2025
- 62 Views