Bali Targetkan Pengurangan Emisi 5 Kali Lipat Lewat Percepatan Kendaraan Listrik
13 May 2025 Nofita Ikayanti 218 Views
Denpasar, 24 Desember 2024 – Dalam upaya mencapai target net zero emission pada tahun 2045, Pemerintah Provinsi Bali menggencarkan strategi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui transisi kendaraan bermotor ke energi listrik. Hal ini menjadi prioritas karena sektor transportasi tercatat sebagai penyumbang emisi terbesar di Bali, mencapai 43% dari total emisi provinsi, jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 16%.
Lembaga World Resources Institute (WRI) Indonesia menyatakan bahwa untuk mencapai target yang tercantum dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Bali 2026, penggunaan kendaraan listrik harus ditingkatkan secara drastis: mobil listrik lima kali lipat dan motor listrik tujuh kali lipat dari jumlah saat ini. Namun demikian, implementasi transisi ini berjalan lambat karena berbagai tantangan, baik dari sisi infrastruktur, kebijakan, hingga faktor sosial dan ekonomi masyarakat.
Saat ini, penetrasi kendaraan listrik di Bali masih berada di bawah 1% dari total kendaraan. Meski ada tren pertumbuhan positif, keterjangkauan harga kendaraan listrik dan akses ke stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) serta stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) masih menjadi kendala utama. Bali saat ini memiliki 63 SPKLU dan 601 SPBKLU, namun jumlah tersebut belum mencukupi untuk mendukung pertumbuhan kendaraan listrik secara luas.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Koalisi Bali Nol Emisi Bersih awal Desember lalu, yang terdiri dari WRI Indonesia, IESR, CAST Foundation, dan New Energy Nexus, disampaikan bahwa subsidi yang tersedia masih belum efektif mendorong adopsi. Tahun 2023, hanya 11.532 motor listrik yang dibeli dengan subsidi, dari target yang jauh lebih tinggi. Dengan subsidi Rp7 juta per unit, harga motor listrik tetap dianggap mahal oleh sebagian besar masyarakat.
Hapsari Damayanti, peneliti WRI Indonesia, menekankan pentingnya transisi yang adil dan inklusif, di mana manfaat dan risiko dari perubahan teknologi kendaraan harus terdistribusi secara merata. Ia juga menggarisbawahi perlunya pelatihan ulang (reskilling) bagi teknisi dan pekerja sektor transportasi, serta dukungan terhadap bengkel konversi dan teknologi lokal. Ia juga menyoroti bahwa polusi udara di Bali berdampak nyata terhadap kesehatan, ditunjukkan dengan meningkatnya angka kematian akibat paparan PM 2,5 sejak tahun 1990.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta, menyatakan bahwa sistem transportasi saat ini sangat tidak efisien dan membebani ekonomi warga. Ia menyebut bahwa 40% dari upah minimum provinsi dapat habis hanya untuk biaya transportasi pribadi. Oleh karena itu, selain mendorong adopsi kendaraan listrik, peningkatan transportasi publik dan mobilitas pejalan kaki juga menjadi fokus utama.
Sementara itu, Putu Yindi Kurniawan dari Percik Daya Nusantara menyampaikan bahwa meski masih ada keraguan dari masyarakat terhadap teknologi baru, perubahan mulai terlihat. Ia mencatat peningkatan jumlah bengkel konversi dan meningkatnya kebanggaan masyarakat menjadi bagian dari perubahan menuju energi bersih.
Contoh penerapan kendaraan listrik di sektor publik mulai muncul, seperti di Pura Besakih, tempat ibadah terbesar di Bali, yang kini menyediakan kendaraan listrik untuk pengunjung. Namun, konversi kendaraan ojek lokal belum berjalan karena kendala administrasi, seperti belum balik nama kendaraan yang menyulitkan penerapan subsidi.
Kadek Mudarta, Kepala Bidang Keterpaduan Moda Dinas Perhubungan Bali, menambahkan bahwa keterbatasan daya baterai dan lokasi pengisian menjadi hambatan lain. Ia menyarankan agar SPKLU ditempatkan di lokasi ramai seperti mall, toko, dan kafe, untuk menarik minat masyarakat.
Namun, tantangan besar masih membayangi. Sumber energi listrik di Bali hingga kini sebagian besar masih bergantung pada batu bara, yang berarti kendaraan listrik belum sepenuhnya bebas emisi. Maka dari itu, transisi ini perlu dibarengi dengan percepatan bauran energi bersih agar benar-benar sejalan dengan target lingkungan yang diharapkan.
Dengan kombinasi strategi yang menyasar aspek teknologi, kebijakan, sosial, dan energi, Bali berharap mampu menjadi model bagi provinsi lain dalam perjalanan menuju masa depan rendah karbon dan berkelanjutan.
Source: https://www.mongabay.co.id/2024/12/24/bali-targetkan-pengurangan-emisi-5-kali-lipat-dengan-kendaraan-listrik/ (oleh Luh De Suriyani, diterbitkan oleh Jay Fajar)
Mari Tonton Video Lengkapnya
Tanpa aksi nyata dan penegakan hukum terhadap korporasi perusak lingkungan, seruan moral dari umat beragama dinilai akan sia-sia.
-
19 Oct 2025
- 51 Views
Sejumlah negara, termasuk Inggris dan Kolombia, menyerukan penghentian penggunaan batubara untuk menahan laju krisis iklim. Meski Indonesia menyatakan komitmen transisi energi dan target net zero emission sebelum 2050, skeptisisme muncul karena rekam jejak pemerintah yang masih berpihak pada industri ekstraktif. Masyarakat harus waspada terhadap solusi palsu seperti swasembada energi berbasis batubara dan proyek energi skala besar yang berisiko menggusur warga.
-
13 May 2025
- 249 Views